Kamis, 16 April 2015

Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar



A.    Diagnosis
1.      Diagnosis merupakan istilah teknis yang sering digunakan dalam istilah medis yang dapat diartikan menurut kamus (1988),
a)      Penentuan jenis penyakit dengan meneliti atau memeriksa gejala gejalanya,
b)      Proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres,
c)      Proses penemuan penyakit berdasarkan tanda tanda dan gejala dengan menggunakan cara dan alat seperti laboraturium, foto, dan klinik.
Menurut Thorndike dan Hagen yang dikutip oleh Sugiharto (2003) dalam tesis yang ditulis oleh Wiwik S.R,  diagnosis dapat diartikan sebagai berikut:
a)      Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala gejalanya,
b)      Studi yang seksama terhadap fakta sesuatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan kesalahan dan sebagainya yang esensial,
c)      Keputusan yang dicapai setelah dilakukan studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal.
2.      Pengembangan Tes Diagnostik
Tes diagnostik memiliki kesamaan dengan tes acuan kriteria dikarenakan keduanya:
a)      Mencoba mendapatkan informasi tentang kemampuan seseorang dalam ketrampilan yang sangat kusus dan berkenaan dengan informasi pembelajaran,
b)      Harus difokuskan secara tajam dan
c)      Skor total tidak banyak memberikan arti  (Mehrens dan Lehmann, 1973 dalam tesis yang ditulis oleh Wiwik S.R)
Tes diagnostik diberikan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa (Thorndike dan Hagen, 1977). Menurut Abdurrahman(1999) tes diagnostik sebagai alat ukur untuk mendapatkan gambaran tentang klien secara menyeluruh dan tujuan utama diagnosis adalah untuk mempelajari keadaan seseorang individu agar dapat diklarifikasikan kedalam kelompok tertentu. Hopkins dan Antes (1979) menyatakan tes diagnostik adalah alat atau
instrumen yang digunakan untuk identifikasi ketidakmampuan belajar. Tes diagnosis dapat disajikan secara berkelompok maupun secara individual. Menurut Cronbach (1984) diagnosis mengacu pada suatu tes yang disusun berdasarkan informasi tentang kelemahan siswa.
Tes diagnostik ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi ketiganya. Kriteria pengembangan tes menurut Makmun (2001) adalah
a)      Memiliki taraf ketepatan (vallidity) yang memadai, yaitu bahwa alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur,
b)      Memiliki taraf kemantapan sehingga hasil pengukurannya dapat dipercayai (reliability), maksudnya adalah jika instrumen tersebut digunakan secara berulang terhadap hal serupa hasil pengukurannya akan menunjukkan korelasi yang tinggi,
c)      Memiliki kepraktisan (practicality), yaitu instrumen itu dapat diadministrasikan dengan mudah,
d)     Memiliki keampuhan (effectiveness), yaitu mempunyai daya pembeda yang tinggi antara siswa yang pandai dari siswa yang lemah.
Tes diagnostik dikembangkan berdasarkan acuan kriteria, yang artinya bahwa semua materi yang diajarkan diukur keberhasilannya.

B.     Kesulitan Belajar
1.      Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya. Prayitno dalam Buku Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling (Dari “Pola Tidak Jelas ke Pola Tujuh Belas”) Materi Layanan Pembelajaran, Depdikbud (1996), menjelaskan: Kesulitan  belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
2.      Ciri Tingkah Laku Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:
a)      Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
b)      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat, tapi nilainya yang dicapainya selalu rendah.
c)      Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
d)     Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e)      Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
f)       Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
3.      Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
Menurut Burton (1952:640-652) terdapat beberapa teknik dan instrument yang digunakan dalam pelaksanaan tahapan diagnosis kesulitan belajar, antara lain :
a)      General diagnosis
Pada tahap ini lazim dipergunakan tes baku, seperti yang dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran Psikologis dan hasil belajar. sasarannya, untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
b)      Analystic diagnostic
Pada tahap ini yang lazimnya digunakan ialah tes diagnostic. Sasarannya untuk mengetahui dimana letak kelemahan tersebut.
c)      Psychological diagnosis
Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrument yang  digunakan antara lain:
1)      Observasi
2)      Analisis karya tulis
3)      Analisis proses dan respon lisan
4)      Analisis berbagai catatan objektif            
5)      Wawancara
6)      Pendakatan labolatories dan klinis
7)      Studi kasus
Dalam Buku Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling (Dari “Pola Tidak Jelas ke Pola Tujuh Belas”) Materi Layanan Pembelajaran, Depdikbud (1996) mengatakan bahwa secara skematik langkah-langkah diagnostik dan remedial kesulitan belajar untuk kegiatan bimbingan belajar, sebagai berikut: 

Berikut ini, penjelasan skema di atas tentang langkah-langkah diagnostik dan remedial kesulitan belajar, sebagai berikut : 
1)      Identifikasi Kasus Pada langkah ini, menentukan siswa mana yang diduga mengalami kesulitan belajar. Cara-cara yang ditempuh dalam langkah ini, sebagai berikut:
(a)    Menandai siswa dalam satu kelas untuk kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
(b)   Caranya, ialah dengan membandingkan posisi atau kedudukan prestasi siswa dengan prestasi kelompok atau dengan kriteria tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan.
(c)    Teknik yang ditempuh dapat bermacam-macam, antara lain:
(1)     Meneliti nilai hasil ujian semester yang tercantum dalam laporan hasil belajar (buku leger), dan kemudian membandingkan dengan nilai rata-rata kelompok atau dengan kriteria yang telah ditentukan. 
(2)     Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar, siswa yang berperilaku menyimpang dalam proses belajar mengajar diperkirakan akan mengalami kesulitan belajar.
2)      Identifikasi Masalah Setelah menentukan dan memprioritaskan siswa mana yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka langkah berikutnya adalah menentukan atau melokalisasikan pada bidang studi apa dan pada aspek mana siswa tersebut mengalami kesulitan. Antara bidang studi tentu saja ada bedanya, karena itu guru bedang studi lebih mengetahuinya. Pada tahap ini kerjasama antara petugas bimbingan dan konseling, wali kelas, guru bidang studi akan sangat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Cara dan alat yang dapat digunakan, antara lain:
(a)    Cara yang langsung dapat digunakan oleh guru, misalnya:
(1)     Tes diagnostik yang dibuat oleh guru untuk bidang studi masing-masing, seperti untuk bidang studi Matematika, IPA, IPS, Bahasa dan yang lainnya. Dengan tes diagnostik ini dapat diketemukan karakteristik dan sifat kesulitan belajar yang dialami siswa.
(2)     Bila tes diagnostik belum tersedia, guru bisa menggunakan hasil ujian siswa sebagai bahan untuk dianalisis. Apabila tes yang digunakan dalam ujian tersebut memiliki taraf validitas yang tinggi, tentu akan mengandung unsur diagnosis yang tinggi. Sehingga dengan tes prestasi hasil belajar pun, seandainya valid dalam batas-batas tertentu akan dapat mengdiagnosis kesulitan belajar siswa.
(3)     Memeriksa buku catatan atau pekerjaan siswa. Hasil analisis dalam aspek ini pun akan membantu dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa. 
(b)   Mungkin pula untuk melengkapi data di atas, bisa bekerjasama dengan orang tua atau pihak lain yang erat kaitannya dengan lembaga sekolah. Caranya, antara lain:
(1)     Menggunakan tes diagnostik yang sudah standar
(2)     Wawancara khusus oleh ahli yang berwewenang dalam bidang ini.
(3)     Mengadakan observasi yang intensif, baik di dalam lingkungan rumah maupun di luar rumah. d Wawancara dengan guru pembimbing dan wali kelas, dengan orang tua atau dengan teman-teman di sekolah
4.      Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor penyebab kesulitan belajar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a)      Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dalam diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain, disebabkan oleh:
1)      Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, cacat karena sakit, dan sebagainya.
2)      Kelemahan mental: faktor kecerdasan, seperti inteligensi dan bakat yang dapat diketahui dengan tes psikologis.
3)      Gangguan-gangguan yang bersifat emosional.
4)      Sikap kebiasaan yang salah dalam mempelajari materi pelajaran.
5)      Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memahami materi pelajaran lebih lanjut. 
b)      Faktor eksternal, yaitu  faktor yang berasal dari luar diri siswa, sebagai penyebab kesulitan belajar, antara lain:
1)      Situasi  atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif antisipatif (kurang memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif “student active learning”).
2)      Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.
3)      Beban studi yang terlampau berat.
4)      Metode mengajar yang kurang menarik
5)      Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
6)      Situasi rumah yang kurang kondusif untuk belajar.
5.      Pemecahan Kesulitan Belajar
Banyak alternatif yang diambil guru dalam mengalami kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu dilakukan beberapa langkah-langkah penting. 
a.       Menganalisis hasil diagnosis yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dialami siswa. 
b.      Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan pernaikan.
c.       Menyusun program perbaikan, khusunya program remedial teaching (pengajaran perbaikan). 
Implikasi :
Setiap siswa pernah mengalami masalah kesulitan belajar, guru mata pelajaran harus mampu membaca gerak-gerik siswa yang mengalami kesulitan belajar, sebelum di tes dengan berbagai macam tes diagnosis guru haruslah menyelidik terlebih dahulu siswa yang mengalami kesulitan tersebut. Tes yang dilakukan dapat disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi. Kesulitan yang terjadi pada siswa diakibatkan oleh beberapa faktor yang sudah dijelaskan sebelumnya. Untuk penyelesaian dapat disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi. Menurut saya kebanyakan kasus yang terjadi di lapangan adalah factor eksternal yaitu kondisi lingkungan rumah yang kurang kondusif utuk belajar, penyelesaian yang dapat dilakukan untuk masalah tersebut adalah dengan cara membangun komunikasi Antara guru dengan siswa dan orang tua siswa tersebut, dapat juga diadakan program remedial untuk membantu siswa memperbaiki pemahaman terhadap materi pelajaran.


Daftar Pustaka
Riani, Wiwik Sustiwi. 2007. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. [Online] tersedia di : http://muazar-psikolog.com/wp-content/uploads/2014/08/Diagnosa-Anak-Bermasalah-Diagnostik-Kesulitan-Belajar.pdf
Sugiyanto. Psikologi Pendidikan Diagnostik Kesulitan Belajar (Dkb). [Online] tersedia di: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyanto-mpd/26-bab-6.pdf