Permasalahan sering pada setiap manusia khususnya pada peserta didik yang masih memerlukan bimbingan dari keluarga dan guru dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari sebagai seorang siswa. Ada banyak kewajiban yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan hidupnya, dalam memenuhi kewajiban tersebut sering kali peserta didik mengalami masalah yang mempengaruhi kegiatannya dalam mencapai tujuan hidupnya. Keluarga dan guru sangat berperan membantu peserta didik dalam mencegah masalah itu terjadi dan memecahkan masalah yang ada. Beberapa bentuk masalah yang terjadi pada peserta didik menurut Prayitno dan Erman Amti dalam skripsi yang ditulis oleh Suci Wuri Handayani adalah :
1. Prestasi
belajar rendah
2. Kurang
berminat pada bidang studi tertentu
3. Bentrok
dengan guru
4. Melanggar
tata tertib
5. Membolos
6. Terlambat
masuk sekolah
7. Pendiam
8. Kesulitan
alat pelajaran
9. Bertengkar
10. Sukar
menyesuaikan diri
11. Pemalu,
takut, canggung, kaku, gugup
12. Menyendiri,
kurang bergaul
Masalah
yang timbul dalam kehidupan siswa di sekolah terutama sekolah lanjutan beraneka
ragam, antara lain:
1. Masalah
di dalam keluarga, di rumah, interakssi antara anggota-anggota keluarga kurang
harmonis, perpecahan rumah tangga (broken home), keadaan ekonomi yang
terlalu kurang atau terlalu mewah, perhatian orang tua terhadap prestasi di
sekolah kurang atau orang tua menuntut prestasi anak terlalu banyak.
2. Masalah
di sekolah atau dalam belajar di rumah, motivasi belajar kurang sesuai, pilihan
jurusan keliru, taraf prestasi belajar mengecewakan, cara belajar yang salah,
kesukaran dalam mengatur waktu, guru bertindak kurang pedagogis atau justru
kejam, peraturan sekolah terlalu ketat atau terlalu lunak, dan hubungan yang
kurang baik dengan teman-teman sekelas.
3. Masalah
pengisian waktu luang, tidak mempunyai hobi, tidak puas dengan membuang waktu
seenaknya (ngluyur), pengaruh jelek dari teman yang membawa ke
bentuk-bentuk rekreasi yang merugikan, pacaran dengan menghadapi problem cinta
monyet, rasa iri dan cemburu, cinta segitiga, simpati atau antipati.
4. Masalah
dengan dirinya sendiri, penilaian terhadap dirinya sendiri yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah sehingga timbul bentrokan dengan kenyataan, gelisah karena
cita-cita mungkin tidak akan tercapai (masa depan kelihatan suram), ketegangan
yang dialami antara ingin modern tetapi masih terikat adat istiadat, konflik
keagamaan, perang batin antara yang baik dan yang jahat (Amin, 2010:327 dalam
Rojikun,hal:3&4).
Ada
faktor tertentu yang mempengaruhi terjadinya masalah pada peserta didik, yaitu:
1. Faktor
Kepribadian
a. Faktor
kelainan yang dibawa sejak lahir (cacat)
b. Lemahnya
pengawasan diri terhadap pengaruh lingkungan
c. Kurangnya
kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan
d. Kurangnya
nilai-nilai keagamaan pada dirinya atau sukar dalam memilih norma-norma yang
baik dan buruk dalam masyarakat
2. Faktor
Lingkungan
a. Faktor
Keluarga
b. Faktor
Lingkungan Sekolah
c. Faktor
Masyarakat
Dari
faktor-faktor diatas, faktor yang sangat berpengaruh adalah lingkungan
khususnya lingkungan sekolah dan msayrakat yang mempengaruhi pembetukan sikap
dan perkembangan peserta didik.
Begitu
banyak masalah yang mungkin terjadi pada peserta didik, baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah maupun dirinya sendiri. Guru harus memiliki strategi untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi. Strategi-strategi dalam bimbingan dan konseling
terdapat pada empat komponen program, yaitu :
1. Strategi
Layanan Dasar
a. Bimbingan
Klasikal
Bimbingan yang
dilakukan sudah terjadwal dan konselor dituntut untuk melakukan kontak langsung
dengan para siswa dikelas. Kegiatan bimbingan dilakukan secara terjadwal dan
dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai
hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi dilaksanakan pada awal
pelajaran yang diperuntukan untuk siswa baru mengetahui pengetahuan mengenai
sekolah, sedangkan layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan
kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi
mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media
cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan
internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam
pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu
terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.
b. Bimbingan
Kelompok
Pada bimbingan kelompok,
konselor memiliki layanan bimbingan kepada siswa dengan membentuk kelompok
kecil yang beranggotakan sekitar 5-10 orang dengan topik diskusi membahas
masalah yang bersifat umum. Tujuan dari layanan ini untuk mengembangkan
keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.
c. Berkolaborasi
dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Dukungan dari semua
pihak mulai khususnya guru mata pelajaran atau wali kelas sangat berpengaruh
dalam proses bimbingan yang efektif. Konselor berkolaborasi dengan guru dan
wali kelas untuk memperoleh informasi tentang siswa dan mengidentifikasi
aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.
Aspek-aspek itu di antaranya :
1) Menciptakan
sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa
2) Memahami
karakteristik siswa yang unik dan beragam
3) Menandai
siswa yang diduga bermasalah
4)
Membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar melalui program remedial teaching
5) Mereferal
(mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing
6) Memberikan
informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa
7) Memahami
perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi
yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana
kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja)
8) Menampilkan
pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual
(hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi siswa)
9) Memberikan
informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara
efektif.
d. Berkolaborasi
(kerjasama) dengan orang tua
Kegiatan bimbingan
tidak hanya dilakukan disekolah tapi juga dirumah dengan dukungan dari orang
tua maka konselor perlu kerjasama dengan orang tua untuk mendapatkan informasi,
pengertian dan konselor juga bisa bertukar pikiran dengan orang tua dalam
mengembangkan potensi siswa untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapi
siswa. Upaya yang dilakukan dalam melakukan kerjasama, seperti :
1) Kepala
sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah
(minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan
pembagian rapor.
2) Sekolah
memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar
atau masalah siswa.
3) Orang
tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama
menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
2. Strategi
Layanan Responsif
a. Konsultasi
Konselor memberikan
layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam
rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para
siswa.
b. Konseling
Individual atau Kelompok
Pemberian layanan
konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan,
mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui
konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab
masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan
secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa memecahkan
masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini, masing-masing siswa
mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu sama lain saling memberikan
masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Referal
(Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa
kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, maka sebaiknya dia
mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang,
seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya
direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak
kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
d. Bimbingan
Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya
ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya.
Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh
konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor
yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik
akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai
mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang
kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan
bimbingan atau konseling.
3. Strategi
Perencanaan Individual
a. Penilaian
Individual atau Kelompok (Individual or Small-Group Appraisal)
Yang dimaksud dengan
penilaian ini adalah konselor bersama siswa menganalisis dan menilai kemampuan,
minat, keterampilan, dan prestasi belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwa
konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang
menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi,
sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan
memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan
konstruktif.
b. Individual
or Small-Group Advicement
Konselor memberikan
nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau memanfaatkan hasil penilaian
tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir
yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan
(alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang
berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang
sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan
(3)mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
4. Dukungan
Sistem
a. Pengembangan
Profesional
Konselor
secara terus menerus berusaha untuk “meng-update” pengetahuan dan
keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam organisasi
profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop
(lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi
(Pascasarjana).
b. Pemberian
Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor
perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah
lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah, dan swasta) untuk
memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah
diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif
bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program
bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya
sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang
relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini
seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3)
organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia),
(4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater,
dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan
Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan
pekerjaan).
c. Manajemen
Program
Suatu
program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercisekolaha,
terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan
(manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan
terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut: “Management is the process of planning,
organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of
using all other organizational resources to achieve stated organizational
goals”.
Implikasinya
:
Dengan
adanya keempat strategi tersebut, guru mata pelajaran dengan mudah mendapat
informasi mengenai peserta didik baik dari wali kelas, keluarga dan teman
sebaya sehingga dapat mengantisipasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
peserta didik.
Referensi
:
Handayani, Suci
Wuri .(2009). Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Siswa
Bermasalah Kelas VIII B di MTsN Wonokromo Bantul Yogyakarta. Yogyakarta; UIN
Sunan Kalijaga.
Sudrajat,
Akhmad. (2010). Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan
Konseling. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/02/03/strategi-pelaksanaan-layanan-bimbingan-dan-konseling/
[17 Maret 2015]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar